Saat ini sebuah negeri di daratan Persia punya seorang pemimpin yang hebat. Ya, dialah Mahmoud Ahmadinejad, presiden Iran yang menjadi pembicaraan ketika kita berbincang mengenai politik kawasan timur tengah. Anak keempat dari tujuh bersaudara seorang pandai besi ini adalah seorang presiden yang digambarkan sangat sederhana di banyak berita. Dia menjadi orang nomor satu di negeri 1001 malam walaupun bukan berasal dari kalangan ulama dan politisi. Dirinya hanya seorang sarjana transportasi yang secara mengejutkan menjadi walikota Teheran pada periode 2003-2005. Saat menjadi walikota kehidupannya saat itu diceritakan tetap sederhana. Mengenakan sepatu usang, tetap tinggal di gang buntu, dan kemana-mana ditemani mobilnya yang buatan tahun 1977. Pria kelahiran Aradan pada 28 Oktober 1956 ini menimbulkan kontroversi ketika menjadikan rumah dinas walikota Teheran sebagai museum dan memilih tetap tinggal di rumah pribadinya yang sederhana saat bertugas sebagai walikota. Seringkali beliau turun ke jalan dan ikut membersihkan selokan untuk menunjukkan solidaritasnya. Bahkan pernah pula ia mengenakan seragam petugas kebersihan.
Pada 24 Juni 2005 dia mengejutkan berbagai belahan dunia setelah terpilih sebagai Presiden Iran, mengalahkan Rafsanjani di putaran kedua, yang notabene adalah perwakilan kaum ulama yang biasanya mendominasi panggung politik Iran. Rafsanjani pun bukanlah nama baru. Ia adalah salah satu petinggi politik Iran pasca-Revolusi tahun 1979. Kampanye Ahmadinejad saat itu pun dihambat oleh keterbatasan dana. Berbeda dengan calon lain yang tampil jor-joran dengan pamflet, poster, dan spanduk di mana-mana, Ahmadinejad hanya menggunakan film sederhana dan cat semprot dengan catch phrase macam “Siapakah pemimpin Iran selanjutnya?”.
Setelah menjadi presiden banyak kebijakan yang diambilnya untuk membangun Iran. Di antaranya adalah membagikan jutaan lembar saham gratis BUMN yang sudah menguntungkan kepada semua rakyat Iran, tunjangan biaya bagi pasangan muda yang hendak menikah, pengauditan sejumlah lembaga tinggi dan tertinggi negara, dan yang paling populer adalah melanjutkan program pengayaan uranium. Empat prioritasnya adalah memenuhi rasa keadilan, memperhatikan kebutuhan-kebutuhan rakyat kecil, melayani semua lapisan massa, dan meraih kemajuan material dan moral bagi negara dan bangsa. Namun yang istimewa dari dirinya adalah ia tetap tidak mengubah penampilannya yang bersahaja dan jauh dari pamor kepresidenan. Berdandan stelan jaket murahan, celana dan sepatu butut, seperti kaum buruh di Iran. Ia menganggap dirinya adalah pelayan rakyat, dan membuang jauh-jauh kemewahan hidup di istana kepresidenan dengan karpet merah dan aksesori kepresidenan lainnya. Bahkan dia meminta semua kantor pemerintahan untuk tidak memasang fotonya.
Presiden yang satu ini terkenal dengan tindakannya menentang kelompok negeri adikuasa yang melarang Iran untuk mengembangkan nuklir. Ucapannya yang terkenal adalah “Jika nuklir ini dinilai jelek dan kami tidak boleh menguasai dan memilikinya, mengapa kalian sebagai adikuasa memilikinya? Sebaliknya, jika teknonuklir ini baik bagi kalian, mengapa kami tidak boleh juga memakainya?” Isu lain yang memunculkan dia sebagai ‘musuh’ para penguasa dari negeri barat adalah penentangannya terhadap keberadaan Israel yang dianggapnya sebagai penjajah yang menempati daerah yang tidak seharusnya mereka tempati.
Dengan berbagai kontroversinya, Ahmadinejad memunculkan Iran sebagai kekuatan baru yang memaksa Dewan Keamanan PBB merasa perlu menurunkan resolusi mengenai program nuklirnya beberapa bulan belakangan. Entah apalagi tindakan edan (setidaknya begitulah anggapan sebagian politisi dunia) yang akan dilakukannya untuk membawa Iran, sebagai negara penghasil minyak kedua terbesar setelah Arab Saudi, untuk lebih melaju lagi. Apakah kelompok negeri adikuasa pimpinan Amerika Serikat berhasil membungkamnya untuk kembali menguasai sumber pencetak uang di kawasan Timur-Tengah. Atau malahan tidak berani mengambil resiko munculnya embargo minyak dari kelompok negara Arab yang bersatu untuk menunjukkan solidaritasnya. Entah apa yang akan terjadi pada 10 tahun ke depan, tapi presiden Iran yang satu ini memiliki kemampuan untuk merubahnya menjadi lebih baik, tidak hanya untuk negerinya sendiri, tapi juga untuk seluruh dunia.
Saya cukup terkesima melihat aksi dan ceritanya di buku “Ahmadinejad! David di Tengah Angkara Goliath Dunia”. Beliau diceritakan sebagai seorang pemimpin yang berani dan sangat ‘down to earth’ dengan kesederhanaannya. Seubah kutipan dari buku tersebut:
“Dia bukan ulama bersorban, bukan tokoh revolusi, bukan pula birokrat yang punya jam terbang tinggi. Dia tinggal di sebuah gang buntu, maniak bola, tak punya sofa di rumahnya dan kemana-mana dengan mobil Peugeot tahun 1977”
Yang lebih menarik lagi ketika dia tidak memungkiri dirinya adalah salah seorang pecinta bola yang selalu mendukung negerinya ketika beraksi di kancah internasional seperti Piala Dunia. Sebuah halaman menggambarkan kumpulan massa dengan seseorang mengusung foto Ahmadinejad sedang menendang bola. Seorang pemimpin yang sangat dicintai oleh warganya.
Sumber: Ahmadinejad! David di Tengah Angkara Goliath Dunia